Anda pernah mengalami nyeri pada sendi? Bisa sudah dan mungkin juga
belum. Hampir bisa dipastikan, mayoritas orang pernah mengalaminya. Masyarakat
awam biasanya langsung beranggapan, hal itu disebabkan rematik atau asam urat.
Sebagian lagi berpikir itu akibat osteoporosis. Lantas apa sebetulnya dan bagaimana
dengan solusinya?
Nyeri sendi terjadi
akibat adanya radang pada sendi (osteoarthritis). Memang, sebagian orang awam
mengatakan hal ini sebagai pengapuran. Lantaran pada saat tulang difoto rontgen
terdapat osteofit (semacam taji). Sebetulnya bukan tumbuh, namun karena
kerusakan pada tulang rawan maka timbul osteofit.
Jadi osteoarthritis itu merupakan radang pada sendi atau kerusakan pada
tulang rawan sendi. Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh sendi, baik sendi
kecil maupun sendi yang besar di antara dua tulang. Sebetulnya tidak ada kapur.
Kondisi ini membuat orang jadi salah kaprah. Mereka jadi takut minum kalsium
sebab khawatir kapurnya bertambah besar, padahal sama sekali tidak ada
hubungannya.
Kerusakan tulang rawan tersebut, sambung dia, dapat terjadi pada seluruh
tulang rawan. Mulai dari lutut, engkel, panggul, bahu, tulang belakang, hingga
siku. Tak hanya itu, stadiumnya pun berbeda-beda. Derajat ringan, tulang
rawannya seperti lembek. Ada juga yang seolah berserabut dan bolong. Bahkan yang
lebih berat lagi, di bawah tulang rawan terdapat tulang dan tulang itu ikut
tergerus.
Memang umumnya osteoarthritis terjadi pada lutut dan panggul. Hal ini
dikarenakan, sendi pada lutut dan panggul adalah sendi weight bearing. Sendi
yang menahan beban tubuh. Tapi, penyakit ini dapat terjadi pula pada bahu,
tangan, atau tempat lainnya. Penyakit ini misterius. Soal stadium, misalnya
osteoarthritis pada lutut. Berdasarkan rontgen, stadium satu terlihat mulai
penyempitan ringan celah sendinya. Stadium dua selain penyempitan, juga ada
osteofit. Stadium tiga lebih parah, dan stadium empat jika tulang paha dan
tulang kering sudah menyatu. Tapi, pada sendi-sendi lain stadiumnya
berbeda lagi.
Lantas apa faktor risiko sehingga terjadi osteoarthritis? Kata dr.
Andri, yaitu jika bobot badan berat, kegegemukan atau obesitas. Berikutnya
adalah melakukan olahraga yang terlalu high impact sehingga pernah cedera pada
sendinya, kaum hawa, dan faktor keturunan atau herediter.
“Umumnya terjadi pada orang tua, karena osteoarthritis tergolong penyakit
degeneratif. Tapi, osteoarthritis dibagi dua, primer dan sekunder. Primer
terjadi tanpa sebab yang tidak jelas. Ini biasanya terjadi pada orang tua.
Sedangkan sekunder, terjadi karena faktor yang lain, misalnya, patah tulang,
yang patahannya sampai ke sendi, sedangkan perbaikannya tidak benar. Ini dapat
membuat osteoarthritis terjadi lebih awal, walau usianya masih muda.
Penanganan Osteoarthritis
Penanganan osteoarthritis, tergantung pada stadiumnya. Misalnya, cara suntik,
itu hanya bisa untuk pasien dengan stadium awal. Metode ini bukan untuk stadium
lanjut.
Untuk pasien stadium tiga dan empat sudah tidak pada tempatnya
disuntik-suntik. Jika itu dilakukan, sama saja seperti menggarami air laut.
Efeknya tidak bagus.
Sebelum melakukan penyuntikan, pertama harus tahu bahan yang akan disuntikkan
itu. Umumnya yang disuntikan adalah asam herononik atau herononik acid. Ini
nama generiknya, produknya macam-macam. Bahan bakunya berbeda-beda, ada yang
dari jenger ayam, bahan organik, dan sintetik. Tujuan penyuntikan untuk
menambah cairan. Cairan lutut yang normal itu sebenarnya ada. Namanya cairan
sinofium yang dihasilkan dari sinufium-sinufium pada kapsul sendi. Fungsinya
sebagai pelumas, agar sendi kita dapat bergerak dengan smooth. Cairan ini bisa
berlebih juga. Jika terjadi radang, cairan ini dapat berlebih. Kalau sedang
berlebih jangan disuntik, malah harus disedot. Jangan takut kering, tidak bakal
kering.
Kadang-kadang, ada juga pada pasien osteoarthritis disuntikan steroit.
Langkah ini kurang baik. Tindakan ini dilakukan jika sangat perlu. Maksimal
setahun tiga hingga empat kali. Bahayanya adalah tulang menjadi keropos. Ini
perlu, jika radangnya hebat. Kami lebih menyukai asam herononat, karena ini
semacam cairan sendi normal.
Cairan yang disuntikkan itu, lanjut dr. Andri, harus masuk ke dalam sendi
yang dituju. Jika tidak maka akan sia-sia. Padahal harga ‘asam’ ini cukup mahal
untuk setiap cure-nya. Setiap pasien dapat menjalani jumlah suntikan yang
berbeda-beda, ada yang dua atau tiga penyuntikan.
Itu tergantung sifat dari asam yang dimasukkan, mereknya macam-macam.
Misalnya merek A dia harus disuntikkan lima kali (satu kali cure-nya), memang
bekerjanya begitu. Ada merek B, dia tiga kali (satu cure-nya). Asalnya berbeda,
berat jenis melekulnya berbeda. Sehingga ada yang perlu disuntik lima kali,
sekali seminggu. Jadi cairan itu harus benar-benar masuk ke dalam sendi, kalau
tidak maka tak efektif dan ada efek samping, menimbulkan rasa nyeri.
Soal efektivitas penyuntikan, sambung dia, tergantung stadiumnya. Kalau
untuk pasien stadium satu dan dua, cukup efektif, sedangkan untuk stadium tiga
dan empat kurang efektif. Metode ini harus diulang setahun sampai enam bulan.
Yang harus diingat adalah osteoarthritis tidak ada obatnya, yang bisa
mengembalikan ke fungsi yang lebih baik. Tidak ada cara untuk menyetopnya.
Jadi, selama hidupnya, pasien akan terus berkutat dengan masalah tersebut.
Kalau pun perlu joint replacement, harus ada kriterianya. Minimal dipasang pada
pasien berumur di atas 65 tahun. Karena alat ini buatan manusia, bukan buatan
Tuhan, jadi tak dapat regenerasi. Ada umurnya. Joint replacement itu umurnya 10
sampai 15 tahun. Misalnya, pada stadium awal, kita ini ibaratnya buying time,
supaya tidak cepat-cepat joint replacement, ya kita lakukan penyuntikan.
Lantaran osteoarthritis tidak dapat disembuhkan dan belum ada obatnya, kata
dia, maka yang perlu dilakukan adalah mengurangi berat badan dan modifikasi
life style. Misalnya jangan melakukan aktivitas yang high impact, jika memang
sudah tahu ada osteoarthritis.
Bagi mereka yang pernah cedera, karena yang pernah cedera lebih bahaya
untuk osteoarthritis, tangani dengan benar cederanya sehingga tidak ada
osteoarthritis sekunder. Untuk yang primer, kurangi berat badan dan kurangi
aktivitas high impact.